Kantor Berita Internasional Ahlulbait -ABNA- Konferensi Internasional ke-8 untuk Solidaritas dengan Anak dan Remaja Palestina yang digelar pada 11 Oktober 2025 di Gedung Konferensi Internasional Tehran, menghadirkan perwakilan dari berbagai negara, aktivis budaya, serta para cendekiawan dunia Islam. Forum tersebut menyuarakan pesan bersama bagi dunia yaitu pembelaan atas hak-hak anak-anak Palestina yang menjadi korban penjajahan harus menjadi tanggung jawab kemanusiaan bersama. Diantara aktivis pro Palestina dari Indonesia yang hadir adalah Furqan AMC, Sekretaris Jenderal Free Palestine Network (FPN). Reporter ABNA berhasil mewancarai alumni Universitas Islam Bandung ini disela-sela kesibukannya.
ABNA: Bisa anda memperkenalkan diri dan organisasi anda secara singkat.
Saya Furqan AMC, Sekretaris Jenderal FPN (Free Palestine Network). FPN saat ini ada di 89 Kab/Kota di seluruh Indonesia dan beberapa kota di luar negeri. Tujuan strategis FPN adalah membangun persatuan dan perjuangan mendukung Palestina merebut kemerdekaannya. Taktik yang FPN gunakan secara terpimpin, terorganisir dan berlipat ganda.
FPN sudah menyelenggarakan 7 kali workshop (pelatihan) untuk anggota, berbagai webinar untuk edukasi publik, aktivasi media sosial untuk kampanye dan beberapa kali melakukan aksi massa.
Ada aksi demonstrasi menggeruduk Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menuntut Amerika berhenti mempersenjatai Israel. Aksi mengepung Kedutaan Mesir di Jakarta meminta gerbang Rafah dibuka. Aksi meminta Presiden Indonesia untuk memimpin dunia hentikan genosida di Palestina dan tegas melawan zionisme, kolonialisme dan imperialisme. Setiap aksi, diikuti serentak oleh cabang-cabang FPN di berbagai kota di seluruh Indonesia.
ABNA: Kedatangan anda di Iran dalam rangka apa dan apa selaras dengan visi misi organisasi anda?
Iya, tentu saja selaras dengan visi misi FPN. Saya datang ke Iran diundang untuk menghadiri Konferensi Solidaritas Internasional untuk Anak dan Pemuda Palestina yang ke-8 di Teheran pada tanggal 12 Oktober 2025 dengan sidang komisi tanggal 11 dan 13.
Tokoh-tokoh politik, budaya, hukum, serta aktivis poros perlawanan dari seluruh dunia ikut berpartisipasi dalam konferensi ini. Kurang lebih ada perwakilan dari 32 negara. Di antaranya Afrika Selatan dan Zimbagwe dari Benua Afrika. China, Indonesia, Pakistan, Malaysia dan Thailand dari Asia. Chile dan Bolivia dari Amerika Latin. Bosnia, Serbia dan Turki dari Eropa.
Tujuan utama konferensi ini adalah untuk mengkaji dimensi kejahatan rezim Zionis dalam pembunuhan anak-anak Palestina dan kebijakan rasisnya, serta untuk mengambil keputusan yang praktis, efektif, dan memberikan efek jera dalam menghadapinya.
ABNA: Menurut anda pertemuan internasional seperti ini apa memang diperlukan? Dan seberapa efektif menurut anda?
Sangat diperlukan kalau bisa diselenggarakan reguler setiap tahun. Sangat efektif untuk menyambung mata rantai perlawanan di seluruh dunia, sehingga terbangun persatuan perjuangan melawan zionis/kolonialisme/imperialisme.
ABNA: Bagaimana proyeksi pasca gencatan senjata ini menurut anda, apa memang bisa tercipta perdamaian abadi di Gaza melalui konsep solusi dua negara?
Satu sisi kita bersyukur gencatan senjata memberi nafas untuk rakyat Gaza khususnya dan Palestina pada umumnya untuk mengkonsolidasikan hidup dan kehidupannya. Namun kita patut curiga dengan skenario yang dipaksakan Donald Trump. Bagaimana mungkin bisa berlaku adil, Amerika Serikat yang terlibat genosida, mengambil peran sebagai mediator.
Dalam 20 poin yang disodorkan Trump tidak ada poin kemerdekaan Palestina sebagaimana yang telah diakui banyak negara di sidang umum PBB, termasuk pengakuan dari negara-negara sekutu tradisional Amerika seperti Inggris, Prancis, Kanada dan Australia.
Solusi dua negara sudah puluhan tahun digaungkan, tapi kenyataannya sampai sekarang Palestina belum merdeka. Kenapa? Karena memang Israel tidak menginginkan adanya negara Palestina. Jadi, harapan palsu "Solusi dua negara" selama ini lebih terlihat seperti taktik buying time untuk memberi waktu bagi Israel menggusur dan mencaplok wilayah Palestina sebagaimana yang tergambar dari peta yang populer, di mana wilayah Palestina semakin lama semakin mengecil digerogoti kanker zionis. Menurut saya, perdamaian abadi dengan solusi dua negara hanyalah fatamorgana. Sepanjang ideologi zionisme masih bercokol, selamanya tidak akan ada perdamaian abadi. Pengalaman membuktikannya.
ABNA: Bagaimana anda melihat Iran baik perannya terhadap pembelaan pada Palestina maupun posisinya sebagai negara yang anti zionis dan anti Amerika?
Dari Revolusi Islam Iran tahun 1979 hingga sekarang, Iran sangat tegas, konsisten dan teguh dalam pembelaannya terhadap Palestina. Iran membela Palestina dengan harta dan nyawa. Pejuang Palestina menyebut Iran adalah saudara dalam genangan darah dan air mata. Pembelaan Iran terhadap Palestina tersebut sejalan dengan sikap anti zionisme/kolonialisme/imperialisme yang memang menjadi akar dari penjajahan di Palestina.
Saya melihat dari semua yang telah dilakukan, Iran berhasil membangun ekosistem perlawanan sekaligus menjadi poros inti dalam melawan zionisme/kolonialisme/imperialisme. Yang menarik, dengan Iran aktif menggelar konferensi secama ini, ekosistem perlawanan di Iran tersambung dengan berbagai negara di seluruh dunia, sehingga tercipta front internasional yang solid untuk mengalahkan zionisme/kolonialisme/imperialisme.
ABNA: Apa harapan anda terhadap masyarakat Indonesia terkait isu palestina ini?
Masyarakat Indonesia perlu memahami isu Palestina secara ilmiah sehingga diharapkan kemudian bisa mengembangkan pergerakan yang juga ilmiah. Rumus zionisme/kolonialisme/imperialisme dari dulu sama saja, yaitu pecah belah. Maka cara melawannya harus bersatu. Kita harus mampu melampaui semua ashabiyah (ego kelompok) yang ada untuk membangun persatuan perjuangan.
Masyarakat Indonesia harus mampu menunjukkan kepeloporan seperti aksi-aksi jutaan rakyat Yaman, aksi-aksi ratusan ribu massa di Spanyol, Brussel, Belanda, Australia, Bolivia, Venezuela dan berbagai negara lainnya. Harapan saya, bersama FPN mari kita membangun persatuan perjuangan membela Palestina dengan terpimpin, terorganisir dan berlipat ganda. Slogan kita bersama adalah "Membela Palestina, Menjaga Indonesia."
ABNA: Terimakasih atas waktu anda.
Sama-sama.
Disebutkan, Konferensi Internasional untuk Solidaritas dengan Anak dan Remaja Palestina adalah acara tahunan yang diadakan untuk mengenang Mohammed al-Durrah, bocah Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel pada tahun 2000, dan bertujuan untuk menyoroti penderitaan anak-anak Palestina yang terdampak oleh pendudukan dan agresi selama puluhan tahun.
Delegasi dari berbagai negara, termasuk Palestina, Irak, Afghanistan, Pakistan, Lebanon, Turki, Bangladesh, Tunisia, Serbia, Indonesia, Malaysia, dan Zimbabwe, turut menghadiri konferensi ini. Edisi tahun ini juga bertepatan dengan peringatan pertahanan Iran terhadap agresi Israel, yang dimulai pada 13 Juni setelah serangan besar-besaran Israel. Konflik tersebut berakhir pada 24 Juni, setelah Israel terpaksa menghentikan operasinya.
Your Comment